Banyuwangi, blok-a.com – Ratusan pengunjung dari berbagai daerah memadati Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi untuk menyaksikan pawai ritual adat Kebo-keboan, Kamis (18/4/2024).
Tradisi adat Kebo-keboan di Banyuwangi ini sudah ada sejak tahun 1940-an.
Dalam ritual ini, sejumlah petani yang dipercaya kerasukan roh leluhur dan bertingkah layaknya kerbau, diarak keliling desa.
Kerbau merupakan simbolisasi mitra petani di sawah yang dianggap sangat berperan dalam meningkatkan hasil panen.
Salah satu warga setempat, Wicaksono mengatakan, ritual akan diawali kenduri desa. Di mana warga membawa 12 tumpeng lengkap dengan ayam ingkungnya. Tumpeng ini pun dilengkapi 5 porsi jenang sengkolo, 7 porsi jenang suro.
“Makna dari jumlah tumpeng dan jenang ini sebagai simbol jumlah bulan dan hari yang menandai siklus kehidupan manusia selama satu tahun ada 12 bulan, tujuh hari dan lima hari pasaran,” katanya.
Selanjutnya, tumpeng-tumpeng akan dimakan bersama setelah didoakan oleh ketua adat. Usai makan tumpeng, akan dilanjutkan dengan ider bumi.
Dalam ider bumi, belasan ‘kerbau petani’ akan berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin.
“Mereka pun melakukan ritual layaknya hewan kerbau dalam proses bercocok tanam. Mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga kerbau ini menemani petani saat menabur benih padi,” imbuh wicaksono.
Dari data diperoleh blok-a.com, upacara adat kebo-keboan bertujuan untuk menangkal wabah penyakit dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari gangguan dan cobaan yang menimpa masyarakat.
Melalui upacara adat kebo-keboan ini, diharapkan hasil panen yang akan datang meningkat atau lebih baik dari panen sebelumnya.
Upacara adat kebo-keboan ini masih dilestarikan dan memiliki pengaruh nilai religius dan spiritual, nilai kepribadian, dan nilai sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Osing, salah satunya di Desa Boyolangu.(kur/lio)
Media Sosial