Perpusnas RI Gelar Sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional (IKON) 2024 di Banyuwangi

Perpusnas RI Gelar Acara Sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) 2024 Di Banyuwangi, di mulai tanggal 7 - 8 Mei 2024, Rabu (blok-a.com/Kuryanto)
Perpusnas RI Gelar Acara Sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) 2024 Di Banyuwangi, di mulai tanggal 7 - 8 Mei 2024, Rabu (blok-a.com/Kuryanto)

Banyuwangi, blok-a.com – Naskah kuno Kabupaten Banyuwangi menjadi perhatian Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI. Warisan tua Banyuwangi yang satu ini diangkat menjadi tema dalam acara sosialisasi Ingatan Kolektif Nasional (IKON) 2024.

Hal tersebut dilakukan untuk memperteguh identitas ke-Indonesiaan yang tak bisa terlepas dari dokumentasi masa silam.

Bertempat di Hotel Aston Banyuwangi. kegiatan dilaksanakan selama dua hari, dimulai sejak Selasa (7/5). Dan hari ini, Rabu (8/5) 2024, menjadi hari terakhir sekaligus merupakan puncak acara.

Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara, Perpustakaan Nasional RI, Agus Sutoyo menjelaskan. Pada kegiatan ini para narasumber dan pakar akan berdiskusi dan menelaah lebih dalam, terkait pemilihan naskah kuno Banyuwangi yang akan dimasukkan dalam IKON.

Banyuwangi merupakan satu-satunya kabupaten yang mendapat program IKON dari Perpusnas. Lima daerah lainnya bertaraf provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan,” ungkap Agus Sutoyo.

Banyuwangi terpilih dalam IKON 2024, salah satunya karena memiliki naskah kuno yang berakar dari tradisi setempat.

Selain itu, Banyuwangi juga memiliki ekosistem yang baik. Ditandai dengan banyaknya komunitas, serta aktivitas, dan perhatian masyarakat pada naskah kuno yang mendapat dukungan dari pemerintah daerah.

“Sehingga Banyuwangi memilki naskah unggulan yang dapat diarusutamakan pada tingkat Nasional,” tandasnya.

Lebih lanjut Agus Sutoyo menjelaskan, IKON merupakan salah satu program Perpusnas yang bekerja sama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa). Untuk melakukan proses pencatatan secara nasional, naskah kuno yang memiliki nilai penting bagi peradaban Bangsa Indonesia.

“Naskah kuno yang telah ditetapkan sebagai IKON akan diproyeksikan untuk diusulkan menjadi Memory of the World (MoW), UNESCO,” tegas Agus Sutoyo.

Pemkab Banyuwangi Peduli Tradisi dan Sejarah

Terpisah, melalui sambungan video conference, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan terima kasih. Karena Perpusnas telah memasukkan naskah kuno Banyuwangi sebagai salah satu kekayaan yang bernilai penting bagi kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan melalui IKON.

“Kami berterima kasih atas program dari Perpusnas. Hal ini menjadi ikhtiar penting bagi Banyuwangi untuk memperkuat identitas dan budaya berbasis kekayaan masa silam,” ucap Bupati Ipuk Fiestiandani.

Menurutnya, Banyuwangi memberikan perhatian terhadap upaya pelestarian naskah kuno dan praktik-praktik kebudayaan yang mengitarinya.

“Melalui Perpustakaan Daerah, kami telah melakukan pendataan, katalogisasi dan penerjemahan naskah-naskah kuno yang ditemukan di Banyuwangi,” ungkap Bupati Ipuk.

Hal yang sama juga disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Banyuwangi, Zen Kostolani. Menurutnya, setidaknya ada enam buku berbasis naskah kuno Banyuwangi yang diterbitkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Banyuwangi.

“Di antaranya Lontar Sri Tanjung, Lontar Hadis Dagang, Katalog Naskah Kuno Banyuwangi (edisi I), Lontar Juwarsah, Katalog Naskah Kuno Banyuwangi (edisi II), dan Candra Jagat,” papar Zen Kostolani.

Untuk tahun 2024 ini, pihaknya juga berencana menerbitkan edisi transliterasi dan terjemahan dari Lontar Yusup Murub Muncar.

“Buku-buku tersebut bisa dibaca langsung di Perpustakaan Daerah atau bisa diakses di website Perpusda. Langsung,” ujar Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Banyuwangi tersebut.

Dari pengumpulan data yang dilakukan blok-a.com, selain upaya pelestarian naskah kuno, penyelamatan terhadap tradisi yang mengikuti naskah juga masih dilakukan di Banyuwangi. Seperti halnya tradisi dan ritual pelantunan tembang berbasis naskah kuno yang masih kuat. Praktik pelantunan tembang berbasis naskah kuno ini dikenal dengan mocoan (Osing) dan mamaca (Madura).

Sebagaimana diakui oleh seorang peneliti naskah kuno dari Universitas PGRI Banyuwangi, Wiwin Indiarti, bahwa Tradisi living manuscript di Banyuwangi masih terus dilestarikan. Di antaranya melalui praktik cara membaca dan menembangkannya.

“Saat ini mulai bermunculan generasi muda yang belajar mocoan yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam living manuscript. Seperti halnya komunitas Mocoan Lontar Yusup Milenial,” jelas Wiwin Indiarti. (kur)

Kirim pesan
Butuh bantuan?
Hai, apa kabar?
Apa yang bisa kami bantu?