blok-a.com – Banyuwangi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Letaknya di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia, dengan ibu kotanya Kecamatan Banyuwangi.
Sejarah Banyuwangi erat kaitannya dengan Kerajaan Blambangan yang dipimpin oleh Kanjeng Suhunan Prabu Tawang Alun pada abad ke-17. Hari jadinya diperingati setiap tanggal 18 Desember, merujuk pada peristiwa perang Puputan Bayu yang terjadi pada 1771.
Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pembentukan Kabupaten Banyuwangi berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 1950.
Kabupaten ini dikenal dengan beragam julukan seperti “Bumi Blambangan”, “Kota Osing”, “The Sunrise of Java”, dan “Kota Gandrung”. Masing-masing menggambarkan identitas budaya dan keunikan lokal daerah tersebut.
Wilayah dan Geografis Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi memiliki posisi geografis yang strategis, berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Bondowoso di sebelah utara. Lalu Selat Bali dan Provinsi Bali di sebelah timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Jember dan Bondowoso di barat
Dengan luas wilayah mencapai 5.782,40 km², Banyuwangi menjadi kabupaten terluas di Jawa Timur, sekaligus yang ketiga di Pulau Jawa. Wilayahnya bahkan dua kali lipat lebih luas dibandingkan dengan negara Singapura.
Kondisi geografis Banyuwangi juga amat beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan tinggi. Panjang garis pantainya sekitar 175,8 km, memiliki sejumlah 10 pulau di wilayah perairannya.
Secara topografis, Banyuwangi memiliki wilayah pegunungan yang subur di bagian barat dan selatan, yang menjadi pusat kegiatan agrikultur dan perkebunan.
Sementara di utara, terdapat Dataran Tinggi Ijen yang mencakup Gunung Raung (3.282 m) dan Gunung Merapi (2.800 m), serta Kawah Ijen yang terkenal dengan fenomena api biru.
Di selatan, terdapat kawasan konservasi seperti Taman Nasional Meru Betiri yang terkenal dengan Pantai Sukamade, habitat penyu. Di Semenanjung Blambangan, terdapat Taman Nasional Alas Purwo, yang diyakini sebagai hutan tertua di Pulau Jawa dan menyimpan beragam flora dan fauna.
Sedangkan kawasan pesisir timur hingga selatan merupakan daerah habitat biota laut dengan potensi perikanan yang amat besar.
Iklim dan Cuaca di Kabupaten Banyuwangi
Secara astronomi, Banyuwangi terletak di antara 113º53’ — 114º38’ Bujur Timur dan 7º43’ — 8º46’ Lintang Selatan. Ini berarti bahwa Banyuwangi memiliki iklim tropis, mengalami musim kemarau dan penghujan setiap tahunnya.
Suhu rata-rata 27-28 derajat celcius, dengan kelembapan udara 78,11%. Curah hujannya 1.329,6mm, dengan durasi rata-rata 124 hari dalam setahun.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi, suhu rata-rata di Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2023 adalah sekitar 27 derajat celcius, dengan suhu maksimal sekitar 37 derajat celcius dan minimal 21 derajat celcius.

Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi
Sebagai salah satu kabupaten yang sudah berusia lebih dari dua setengah abad yakni 252 tahun, Banyuwangi telah dipimpin oleh 28 bupati, 13 di antaranya memimpin pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, Banyuwangi dipimpin oleh 15 bupati, yang terbaru adalah Ipuk Fiestiandani Azwar Anas (2021–2024).
Visi pemerintah daerah adalah “Terwujudnya Banyuwangi Yang Semakin Maju, Sejahtera, dan Berkah” yang dijabarkan dalam lima misi. Di antaranya pertumbuhan ekonomi berbasis lokal, pengembangan sumber daya manusia (SDM), penguatan karakter masyarakat, percepatan pembangunan infrastruktur, dan peningkatan tata kelola pemerintahan yang efektif melalui transformasi digital.
Secara administratif, Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 25 kecamatan, 189 desa, dan 28 kelurahan. Struktur pemerintahan yang efisien didukung oleh sekitar 9.400 Pegawai Negeri Sipil (PNS) per tahun 2020. Di antaranya 47% pria dan 53% perempuan, mayoritas lulusan sarjana dan pascasarjana.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dikenal inovatif dan telah mendapatkan berbagai penghargaan. Termasuk Kabupaten Terinovatif dalam kompetisi Innovative Government Award (IGA) pada tahun 2019.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat, Kabupaten Banyuwangi telah menyediakan 14 rumah sakit umum, 1 rumah sakit khusus, 18 puskesmas rawat inap, dan 27 puskesmas non-rawat inap.
Ekonomi dan Industri
Perekonomian Kabupaten Banyuwangi bertumpu pada sektor pertanian yang menyumbang 29,13% dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2021 yang mencapai Rp85,91 triliun.
Selain itu, sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyumbang 16,63%, diikuti sektor konstruksi sebesar 13,84%. Sektor industri pengolahan dan pertambangan serta penggalian juga berkontribusi masing-masing sebesar 12,32% dan 7,25%.
Banyuwangi dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Timur. Luas lahan persawahan mencapai 66.152 hektar atau sekitar 11,44% dari total luas wilayahnya.
Selain padi, kabupaten ini juga unggul dalam produksi komoditas hortikultura. Sebut saja buah naga, cabai rawit, dan cabai besar. Sejak 2014, produksi tahunan buah naga mencapai lebih dari 15.000 ton. Sedangkan produksi cabai rawit dan cabai besar mencapai 18.000 ton dan 10.000 ton.
Di sektor industri, Banyuwangi memiliki lebih dari 9.857 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Mulai dari industri pengolahan, pariwisata, hingga sektor jasa lainnya.
Kabupaten ini juga terus berkembang sebagai pusat destinasi wisata dengan potensi besar di sektor pariwisata alam, budaya, dan wisata kekinian.
Tempat-tempat populer seperti Kawah Ijen, Pantai Pulau Merah, dan Djawatan Benculuk telah menjadi ikon wisata yang menarik wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara.
Pendapatan Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2021 mencapai Rp3,18 triliun, dengan mayoritas berasal dari dana perimbangan pemerintah pusat sebesar Rp1,98 triliun (62,3%). Sementara itu, pendapatan asli daerah (PAD) mencapai Rp520,16 miliar atau 16,3% dari total pendapatan.

Demografi Penduduk Kabupaten Banyuwangi
Pada Tahun 2023 jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi tercatat sebanyak 1.780.015 jiwa. Penduduk berjenis kelamin perempuan sebesar 891.7227 jiwa dan laki-laki 888.288 jiwa. Populasi Kabupaten Banyuwangi didominasi oleh generasi Z (24,85%), generasi X (24,72%), dan generasi milenial (22,67%), sementara sisanya adalah anak-anak, balita, dan lansia.
Masyarakat Banyuwangi terdiri dari beragam etnis, termasuk suku Jawa Osing, suku Madura, Bali, Tionghoa, Arab, dan Mandar.
Suku Osing merupakan penduduk asli Banyuwangi yang dikenal sebagai pewaris budaya Blambangan. Mereka memakai bahasa Osing, salah satu bentuk bahasa Jawa kuno yang masih digunakan sehari-hari. terutama di kecamatan seperti Rogojampi, Glagah, dan Songgon.
Kabupaten Banyuwangi telah mengalami berbagai perubahan signifikan dalam demografi dan kondisi sosialnya antara tahun 2021 hingga 2023. Data terbaru menunjukkan tren yang mencerminkan peningkatan kesejahteraan, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi.
Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Banyuwangi terus bertambah dari 1,72 juta jiwa pada tahun 2021 menjadi 1,78 juta jiwa pada tahun 2023. Namun, laju pertumbuhan penduduk menunjukkan tren perlambatan, menurun dari 0,91% pada tahun 2021 menjadi 0,79% pada tahun 2022, dan kembali turun menjadi 0,77% pada tahun 2023.
Penurunan ini bisa diartikan sebagai dampak dari upaya pengendalian penduduk yang efektif, sekaligus menandakan stabilitas dalam dinamika demografis.
Angka Kematian Bayi dan Harapan Hidup
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) di Banyuwangi tercatat sebesar 10,04 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2021. Namun, data ini tidak diperbarui dalam dua tahun berikutnya. Meskipun begitu, angka ini memberikan gambaran penting mengenai kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di Banyuwangi.
Di sisi lain, harapan hidup di Banyuwangi mengalami sedikit peningkatan dari 70,72 tahun pada 2021 menjadi 71,38 tahun pada 2023. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kualitas hidup di daerah ini terus membaik, baik dari segi kesehatan, lingkungan, maupun kesejahteraan sosial.
Kualitas Pendidikan
Pada bidang pendidikan, tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas menunjukkan perkembangan positif. Pada tahun 2021, tingkat melek huruf berada di angka 90,83%, dan meningkat menjadi 92,87% pada tahun 2023.
Pertumbuhan ini mencerminkan keberhasilan program-program pendidikan yang dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di Banyuwangi.
Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan peningkatan signifikan dari 72,32% pada tahun 2021 menjadi 79,04% pada tahun 2023. Hal ini menandakan semakin banyak penduduk yang terlibat dalam pasar tenaga kerja, yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Banyuwangi mengalami penurunan dari 5,42% pada tahun 2021 menjadi 4,75% pada tahun 2023.
Penurunan ini mengindikasikan adanya peningkatan kesempatan kerja, yang mungkin dipengaruhi oleh berkembangnya sektor-sektor industri, pariwisata, dan pertanian di Banyuwangi.
Penurunan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Banyuwangi menunjukkan tren penurunan yang signifikan dari 0,131 juta jiwa pada tahun 2021 menjadi 0,119 juta jiwa pada 2023.
Persentase penduduk miskin juga turun dari 8,07% pada 2021 menjadi 7,34% pada 2023. Penurunan ini mencerminkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyuwangi
Penulis: Zulkaria (Mahasiswa Magang STMIK STMIK PPKIA Pradnya Paramita Malang)
Media Sosial